17 Jul 2023
Mitos Company Branding
1. Menawarkan & mempromosikan produk bagus akan membentuk brand Banyak orang berpikir bahwa selama perusahaan menawarkan produk yang bagus, orang akhirnya akan membeli juga. Jadi, tak perlu memusingkan branding.
Faktanya:
Banyak brand besar dan sukses yang produknya biasa saja. Sedangkan banyak juga bisnis yang terancam gagal atau sudah tutup padahal produk-produknya luar biasa.
2. Branding itu soal logo & nama Hal ini memang sering menjebak
orang-orang yang baru memulai bisnisnya. Branding dianggap sebatas menamai perusahaan atau produk dan membuat logonya yang khas.
Faktanya:
Disari dari Parker White, branding mencakup keseluruhan pengalaman & elemen-elemen perusahaan. Segala hal yang bersinggungan dengan pelanggan (pemilihan kata & gaya komunikasi) membutuhkan brand management yang efektif.
3. Tujuan utama branding adalah sales
Ini juga merupakan bias yang kerap membuat dunia branding Indonesia bingung. Lalu apa tujuannya? Sales adalah target yang realistis, namun jika kita menjadikan sales sebagai tujuan utama, branding tidak akan tepat sasaran.
Faktanya:
Branding bertujuan untuk menegaskan posisi brand di masyarakat, menciptakan hubungan dengan konsumen, menjadi bagian yang berkesan dari sebuah komunitas. Branding adalah proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk menciptakan sebuah brand jangka panjang, sebuah merk yang memikat para konsumen (Top-of-mind Awareness).
4. Usaha branding tidak
menghasilkan apa-apa
Banyak yang kesulitan melihat & menilai hasil nyata dari strategi branding. Karena itu, orang-orang menyimpulkan bahwa branding tak menghasilkan sesuatu yang konkret.
Faktanya:
Jika anda menjual 100 barang, dorong penjualan dari marketing atau advertising dulu. Namun, bila kamu mau memastikan konsumen akan membeli lagi, bangunlah brand loyalty. Kepercayaan pelanggan dan pandangan mereka tentang kualitas produkmu.
5. Hanya barang & jasa yang bisa branding
Kebanyakan brand memang berasal dari produk barang dan jasa, namun tidak hanya produk barang dan jasa saja yang bisa dibranding.
Faktanya:
Kenyataannya, apapun dan siapapun bisa menjadi brand dan dibranding. Sebuah kota bisa dibranding. Kota Jogja dengan citra yang ramah & dekat dengan budaya. Seorang sosok bisa dibranding. Pak Ahok terkesan tegas dan jujur. Image ini tentu tidak tiba-tiba terbentuk, ada proses branding yang sudah dan sedang terjadi.
Source : https://www.instagram.com/ukmlitbangg/